Seri pengembangan kurikulum IV: diskusi dengan Prof Tim Pasang – Head of Mechanical Engineering Department AUT New Zealand
Kamis 14 November 2019 Jurusan Mesin menghelat acara Focus Group Discussion tentang Output Based Education (OBE). Kali ini mengundang Associate Prof Tim Pasang dari Auckland University of Technology New Zealand. Kedatangan beliau adalah kedua kali ke Unej setelah tahun lalu kita undang untuk kuliah tamu dan workshop kurikulum juga. Kedatangan beliau sekarang ini adalah untuk menjadi keynote speaker pada Climate Change and Sustainability Engineering in ASEAN sehari sebelumnya. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, begitu kata pepatah, maka posisi dan pengalaman beliau sebagai Head of Department atau Ketua Jurusan Mesin di AUT kita manfaatkan untuk berbagi dan berdiskusi tentang pengembangan kurikulum Mesin ke depan, baik untuk tingkat diploma, sarjana maupun magister. Pada tingkat jurusan ada kemiripan, karena jurusan Mesin di AUT juga membawahi undergraduate (D-III), graduate (S-1) dan post graduate (S-2 dan S-3).
Beliau memulai paparannya dengan sejarah. AUT berdiri tahun 2000, usia yang sangat muda untuk sebuah universitas. Pada tahun 2014 AUT sudah masuk peringkat 500 universitas dunia versi QS Star. Empat tahun kemudian, tahun 2018, melejit masuk peringkat 300; menjadikan AUT sebagai the fastest growing university in Australasia and Asia. Untuk jurusan mesin, pada tahun 2019 telah masuk peringkat 500 besar dunia, padahal tahun-tahun sebelumnya tak pernah tersebut dalam peringkat. Ini membuktikan bahwa pengelolaan kampus AUT pada arah yang benar. Setelah mengungkap sejarah maka beliau mulai bercerita detil pengelolan jurusan
Beberapa catatan penting yang mungkin patut ditiru di antaranya masalah distribusi mata kuliah, penyusunan silabus, pengelolan tugas akhir, akreditasi dan kerjasama dengan industry. Untuk pembagian mata kuliah ke dosen telah dilakukan setahun sebelum semester dimulai. Dengan demikian masing-masing dosen dapat mempersiapkan kuliah dengan lebih matang dan penuh tanggung jawab. Termasuk jika seorang dosen merencanakan mengambil projek atau penelitian atau perjalanan ke luar negeri, maka kuliah telah diatur dan ditata dengan mantab. Ada tips tambahan ketika menjadwal kuliah, bahwa mata kuliah yang berat dijadwalkan pada “prime time” di saat umumnya orang dalam keadaan segar dan siap berfikir dan bekerja keras.
Untuk silabus mata kuliah, masing-masing dosen bertanggung jawab menyusun sesuai mata kuliah yang dibina. Outcome dari lulusan berpedoman pada Washington Graduate Capabilities Profile. Dari sini dibuat peta outcome pembelajaran dari masing-masing mata kuliah (paper). Silabus, yang di AUT disebut paper descriptor, disusun dengan memperhatikan outcome to graduate capabilities. Outcome pembelajaran dibuat berjenjang dengan maksimum enam tingkat.
Dalam hal menangani tugas akhir (skripsi, tesis) para dosen telah mengumumkan topic penelitian yang ditawarkan sebulan sebelum akhir tahun dan memasuki tahun ajaran baru. Maka mahasiswa dilayani berdasarkan siapa cepat dia dapat. Kalau ada mahasiswa yang belum kebagian topic tugas akhir, ada industry liaison yang bertugas mencarikan proyek ke industry. Selain itu, tugas industry liaison ini mencari topic riset untuk diusung ke universitas dalam rangka kerjasama.
Untuk urusan akreditasi, setelah menyusun dokumen, maka pihak department mensimulasi nilai dari berkas yang ada tiga. Lebih pasnya lagi yang diundang adalah “mantan” akreditor yang tegas dan terkenal jeli serta tidak murah memberi nilai. Hal ini dilakukan tiga bulan sebelum penilaian sesungguhnya, sehingga ada waktu untuk memperbaiki yang salah dan menambah yang masih kurang.
Acara diskusi berjalan gayeng dari dua arah. Sering kali penyataan Prof Tim ditanggapi langsung oleh kawan-kawan dosen mesin. Misalnya, dalam mengelola mahasiswa yang bermasalah lama tidak lulus; di AUT ada teaching board yang memantau perkembangan belajar mahasiswa yang salah satu tugasnya memberikan teguran jika ada mahasiswa gagal lulus dua kali dalam satu mata kuliah. Sehingga, tidak ada mahasiswa yang berlarut-larut tak kunjung lulus studi. Bahkan, jika ditengarai pada semester awal atau tahun pertama seorang mahasiswa banyak mata kuliah yang gagal lulus, maka mereka dengan bijak dianjurkan pindah atau berhenti kuliah dari pada menghabiskan waktu dan biaya.
(Pewarta: M. Darsin)