Seri Civitas Akademika Magister Teknik Mengabdi 2: Ipteks bagi Pengrajin Krupul Kromoleyo di Tegalsari, Banyuwangi
Dalam rangka memenuhi tugas tri-dharma perguruan tinggi, Dr Mahros Darsin dan Pak Yuni Hermawan melaksanakan pengabdian masyarakat di Tegalsari, Banyuwangi. Kali ini yang menjadi mitra adalah para pengrajin dan pembuat krupuk kromoleyo, krupuk khas dari Tegalsari yang terbuat dari singkong. Agenda dilaksanakan saat libur panjang cuti bersama Maulid Nabi Muhammad saw tanggal 29 Oktober 2020. Kegiatan ini merupakan rangkaian pelaksanaan pengabdian masyarakat skim Program Kemitraan yang mendapat pendanaan pada tahun 2020.
Proses pembuatan krupuk kromoleyo cukup memakan waktu dan tenaga. Dimulai dari pengupasan singkong dan perendaman dalam air, kemudian dilanjutkan dengan pemarutan. Singkong parut dimasukkan ke dalam wadah zak plastik dan ditekan untuk mengeluarkan kadar airnya. Penekanan ini dilakukan bertahap dengan mekanisme yang terbuat dari kayu dan tuas penekan dan pengunci. Proses penambahan tekanan dilakukan secara bertahap dan dapat memakan waktu sehari penuh. Hasilnya adalah parutan singkong dengan kadar air yang turun dan padat. Kemudian hasil pemadatan ini diparut lagi untuk kemudian dibuat adonan dan dicampur dengan garam dan pewarna untuk mebuat warnanya lebih menarik. Adonan sebesar lengan atas dan panjang sekitar 50 cm dibungkus dalam wadah plastik dan direbus seperti lontong jumbo pada posisi vertical.
Setelah matang diangin-anginkan sebelum dirajang. Perajang dengan pisau putar buatan sendiri yang diletakkan di atas kursi panjang. Kemudian dijemur di bawah terik matahari. Jika panas terik krupuk akan kering dalam sehari, jika mendung diperlukan waktu lebih lama. Krupuk kering kemudian dimasukkan di zak dan menunggu tengkulak mengambil/membeli.
Dari keseluruhan proses pembuatan krupuk kromoleyo, tim pengabdi memberikan solusi untuk memperingan pekerjaan mereka. Yakni pemberian alat pengepres adonan dengan sistem hidrolik yang memanfaatkan dongkrak. Dengan pengepres baru ini, tenaga yang diperlukan lebih ringan dan dapat dilakukan oleh seorang perempuan. Sebelumnya untuk menekan dan mumutar kunci pengepres kayu hanya dapat dikakukan oleh lelaki. Sehingga, jika suami pergi ke sawah, proses penambahan tekanan pengepresan berhenti sampai suami pulang.
Hal kedua yang menjadi prioritas untuk menaikkan laju produksi adalah kecepatan perajangan adonan menjadi krupuk. Dengan perajang manual diperlukan waktu yang lama dan tenaga pengarajin terkuras. Maka dengan bantuan mesin perajang adonan bertenaga mesin kekuatan 0.5 HP diharapkan laju perajangan naik tiga kali lipat.
Dalam obrolan santai di rumah salah satu pengarajin tempat berkumpul disuguh berbagia sajian kue-kue tradisional untuk menghormat tamu dari kampus. Di sela-sela obrolan, tim pengabdi memancing kira-kira apa lagi yang penting dan segera mendapat bantuan untuk diatasi.
Mereka mengungkap bahwa yang paling memakan tenaga adalah membuat adonan atau nguleni. Kalau tim dari kampus dapat membantu alat atau teknologi untuk membantu proses nguleni ini, mereka akan sangat berterima kasih. Hal lain sederhana yang mereka inginkan adalah bantuan terpal untuk menjemur krupuk. Atas permintaan mereka, tim pengabdian menjanjikan akan diusulkan untuk pengebadian di tahun yang akan datang. Semoga saja gayung bersambut.
(Pewarta: M.Darsin)