Pengabdian Masyarakat ke Banyuwangi (Topik 1: Nyamplung)
Dalam rangka menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, tiga dosen dan dua mahasiswa Magister Teknik Mesin UNEJ melaksakan Pengabdian Masyarakat ke Banyuwangi. Tepatnya di desa Kebondalem, kecamatan Bangorejo. Rombongan dosen diketuai oleh Dr Nasrul Ilminnafik dan diikuti oleh Dr Moh Nurkoyim Kustanto dan Mahros Darsin, PhD. Sementara, mahasiswa yang terlibat adalah Deny Tomy Andrianto dan Imam Rudi Sugara, keduanya dari angkatan 2020. Pengabdian dilaksanakan di Balai Desa setempat pada hari Rabu 30 Juni 2021.
Pengabdian masyarakat ini membawakan topik potensi nyamplung sebagai bahan bakar terbarukan. Sebelum ke khalayak sasaran, tentu saja Tim Pengabdian menghadap ke Bapak Kades terlebih dahulu yang disambut hangat oleh beliau. Bahkan beliau bersedia memberikan pengantar dan pembukaan kepada masyarakat yang hadir di balai desa. Khalayak sasaran adalah warga dan tokoh masyarakat desa Kebondalem. Kurang lebih 25 peserta hadir terdiri atas ibu-ibu, bapak-bapak dan para kawula muda dan beberapa tokoh masyarakat. Pada paparannya, Dr Nasrul menyampaikan potensi minyak dari biji tanaman nyamplung yang dapat dijadikan biodiesel. Juga, bahwa biji nyamplung sangat prospek sebagai alternatif pengganti minyak bumi yang semakin langka.
Paparan singkat dilanjutkan dengan peragaan langsung bagaimana mendapatkan minyak dari biji nyamplung. Peragaan langsung dilakukan dua mahasiswa yang ikut pengabdian ini. Dengan tangkas keduanya menmperagakan proses pengupasan biji nyamplung setelah pengeringan dilanjutkan dengan pengepresan dengan alat yang mereka buat sebagai alat pendukung tesis mereka.
Gayung bersambut!
Pada sesi tanya jawab ada ibu-ibu menanyakan berapa harga satu botol (1 liter) minyak nyamplung seperti yang barusan diperas dan dijual ke mana? Dijawab oleh Dr Nasrul bahwa harga seliter minyak hasil press bisa mencapai 750 ribu di pasar online. Kalau mau memasarkan bisa secara daring atau akan ditampung sebagian oleh Tim Riset Renewable Energy FT UNEJ.
Antusias peserta pengabdian luar biasa!
Bahkan ketika sesi formal sudah berakhir, sebagian dari mereka masih mengerubungi Tim pengabdi ini. Salah satu tokoh masyarakat yang aktif bercerita kalau dulu di sekitar selokan di sepanjang desa ini dan di gumuk banyak tanaman nyamplung. Kalau memang potensinya bagus, dapat menjadi alternatif ditanam di tanah desa. Sebagai catatan, desa ini punya – dan mungkin satu-satunya desa yang – tanah desa non bengkok yang hasilnya manjadi pendapatan asli desa. Tanah desa ini sekitar 25 hektar. Jika ditanami nyamplung tentu akan lebih baik daripada ditanami buah misalnya, karena tidak takut dicuri. Hal tersebut dikonfirmasi para tokoh pemuda dan pemudi yang ikut aktif berdiskusi pada acara resmi dan sesudahnya.
Acara diakhiri menjelang siang hari dengan sebuah PR bagi Tim Pengabdi untuk membuat proposal pengabdian tentang lanjutan kegiatan ini dengan tim yang lebih lengkap, mungkin perlu ditambah dari dosen dengan keahlian budidaya tanaman dan satu lagi ahli ekonomi yang dapat membantu menghitungkan tingkat profit biji nyamplung.
(Pewarta: M. Darsin)